Asisten : Ledi Susanti
LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI
BIDANG DAN ARAH SERTA PENGGOLONGAN,BENTUK TUBUH DAN BAGIAN TUBUH IKAN
OLEH :
M.ARDIANSYAH PUTRA NASUTION
1004114059
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan ikhtiologi yang berjudul “Bidang dan Arah serta Penggolongan, Bentuk Tubuh, dan Bagian Tubuh Ikan” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih kepada asisten pembimbing yaitu kak Ledi Susanti yang telah banyak membantu saya memberikan arahan-arahan, saran, bimbingan serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan.
Saya telah berupaya memaksimalkan tenaga, waktu dan pikiran saya untuk membuat kesempurnaan laporan ini. Namun tidak tertutup kemungkinan banyak kesalahan yang tidak sengaja dalam penulisan laporan ini. Kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Sebagai penutup, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam penulisan laporan ini.
Pekanbaru, 19 Maret 2011
M.Ardiansyah Putra Nasution
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................. 5
3.2. Bahan dan Alat........................................................................ 5
3.3. Metode Praktikum................................................................... 5
3.4. Prosedur Praktikum................................................................. 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil......................................................................................... 7
4.2. Pembahasan............................................................................. 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.............................................................................. 16
5.2. Saran........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 18
LAMPIRAN.............................................................................................. 20
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Ikan Ompok (Ompok hypopthalmus)......................................................... 7
Ikan Baung Tikus (Bagroides macrochantus)............................................ 8
Ikan Motan (Thynnichthys polylepis).......................................................... 8
Ikan Kapas-kapas (Geres puntatus)............................................................ 9
Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus lauvina)............................................... 10
Ikan Sardin (Sardinella sirin)...................................................................... 11
Ikan Pari (Trygon sephen)........................................................................... 11
Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus)........................................................... 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Alat-alat yang digunakan............................................................................ 21
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ikan adalah hewan vertebrata (bertulang belakang) yang bernafas dengan insang, bergerak dengan sirip, hewan berdarah dingin (poikiloterm), dan hidup di air baik di air tawar maupun di air laut.
Ikan dapat ditemukan di semua “genangan” air yang berukuran besar baik air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan air. (www.google.com).
Pada ikan terdapat istilah rostral yang digunakan untuk menunjukkan arah kepala. Rostral adalah suatu bidang atau latar imajiner (khayal) di depan kepala dan disini berarti kearah bidang khayal tersebut. Dan terdapat terminology seperti medial, ventral, dorsal, cranial. Masing-masing memiliki arti, medial merupakan bagian tengah yang mengarah ke bidang khayal sagital. Ventral dan dorsal merupakan bagian dari bidang khayal frontal. Dan terdapat bidang khayal yang lain, yaitu bidang khayal transversal yang merupakan bidang khayal secara melintang yang memotong ikan dari caput sampai caudal (Penuntun Praktikum ichthyology, 2011).
Ikan terdapat dua grup yaitu agnatha dan gnathostomata. Yang masing-masing memiliki tiga kelas utama. Kelas pertama merupakan kelas cephalospidomophi, kelas kedua merupakan kelas condrichthyes, kelas ketiga merupakan kelas osteichthyes. Bentuk ikan terbagi dua yaitu bilateral simetris dan non bilateral simetris. Bentuk tubuh ikan bermacam-macam misalkan pipih mendatar, torpedo, pipih (compressed), pipih (depressed), ular, bola, pipa, dan lain-lain (Penuntun Praktikum ichthyology, 2011).
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui jenis ikan yang bilateral simetris dan non bilateral simetris. Adapun ikan yang bilateral simetris adalah ikan yang apabila tubuhnya dibelah dua secara membujur/memanjang tubuh mulai dari pertengahan ujung kepala sampai ke ujung ekor, maka akan menghasilkan dua belahan tubuh yang sama. Sedangkan non bilateral simetris adalah ikan yang apabila tubuhnya dibelah menjadi dua secara membujur, maka belahan sebelah kanan tidak merefleksikan belahan sebelah kiri.
Selain itu, tujuan dari diadakannya pratikum ini adalah agar dapat mendeskripsikan dan mengidentifikasi ikan serta dapat dengan mudah menggolongkan jenis-jenis ikan yang masih termasuk satu golongan ataupun dapat membedakan dengan mudah ikan-ikan yang berlainan jenis.
Adapun manfaat dari hasil laporan praktikum ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan informasi dasar mengenai bidang dan arah dari jenis spesies ikan sehingga dapat menghasilkan kelestarian speies ikan bagi pihak-pihak yang memerlukannya dan dapat juga diterapkan dalam berbagai kepentingan yang berhubungan dengan praktikum ini dimasa yang akan datang serta dapat menggolongkan berbagai jenis ikan sehingga mudah untuk dikenal dan dipelajari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ridwan et al (2009) menyatakan bahwa sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna.
Sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan. Sirip pada ikan terdiri dari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A), dan sirip ekor (C). kelima sirip tersebut ada yang bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lain bersifat tunggal. Tidak semua ikan di bumi ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna. Melainkan ada yang tidak lengkap (Manda et al, 2005).
Ikan Pari merupakan ikan elasmobranchii, yaitu ikan dengan bertulang rawan dengan lima celah insang. Ikan pari memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Didunia telah ditemukan 600 spesies ikan pari, 45 spesies di air tawar dan 56 spesies di air laut untuk perairan Indonesia (Junardi, 2008).
Badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih ke bawah (depressed). Mulut berada di ujung (terminal) dengan sepasang sungut, nasal, rahang atas, rahang bawah, dan mental. Sirip ekor membundar tdak bergabung dengan sirip anal. Sirip perut juga membundar mempunyai alat pernapasan yang terdapat dalam rongga insang (Suyanto, 2007).
Najiyati (2003), menyatakan bahwa ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan ikan jenis lainnya. Ikan lele mempunyai bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memilki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba.
Ikan Baung berwarna keabu-abuan yang terdapat di punggungnya, bentuk tubuh memanjang, licin dan tidak bersisik. Sirip punggung tambahan berupa sirip lemah yang terletak terpisah antara sirip punggung dan sirip ekor. Mempunyai satu pasang sungut (kumis) yang fungsinya sebagai alat peraba dan sungut rahang atas panjangnya hampirmelampaui sirip dubur (Tang dan Effendie, 2000).
Nuraini (2004) dalam Ruri Cahyono (2009) mengatakan bahwa ciri pada ikan Selais jantan yaitu bentuk kepala melebar, lubang pelepasan lancip, warna punggung cerah. Ciri sekunder betina yaitu bentuk ujung kepala agak membulat dan lubang pelepasan tumpul.
Hergun (2003) dalam Sari (2007) dalam Ruri Cahyono (2009) mengatakan suhu air yang disukai ikan Selais berkisar antara 20-25.5 derajat Celsius.
Djuhanda (1981) menjelaskan bahwa ikan motan memiliki ukuran panjang tubuhnya lebih besar dari pada tinggi tubuhnya,badannya ditutupi oleh sisik cycloid dan ctenoid ,sirip ekor bercagak dua, bentuk tubuhnya bilateral simetris ,mulutnya sempit yang terletak di ujung depan depan kepala atau agak ke bawah,moncongnya dapat di tonjolkan ke depan dan mempunyai gelembung renang yang terbagi dua bagian, di mana bagian belakang lebih kecil dari pada bagian depan.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum iktiologi ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 1 Maret 2011 yang dimulai dari pukul 10.30 WIB – 12.30 WIB. Praktikum ini diadakan di laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan sebagai objek praktikum adalah beberapa jenis ikan air laut dan tawar diantaranya adalah Ikan Ompok (Ompok hypopthalmus), Ikan Baung Tikus (Bagroides macrocanthus), Ikan Motan (Thynnichthys polylepis), Ikan Kapas-kapas (Geres punctatus), Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus lauvina), Ikan Sardin (Sardinella sirin) , Ikan Pari (Trygon sephen), dan Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus).
Sedangkan alat yang dipakai pada saat melakukan praktikum adalah nampan sebagai wadah meletakkan sampel, serbet, penggaris (untuk mengukur TL, SL, dan FL), buku gambar, pena, penghapus, pensil untuk alat menggambar objek yang dipraktikumkan.
3.3. Metode praktikum
Dalam melakukan praktikum, metode yang digunakan adalah menggunakan metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang dipraktikumkan, selain itu praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum iktiologi dan buku-buku literatur yang berhubungan dengan hasil pengamatan selama praktikum berlangsung.
Adapun objek yang dipraktikumkan adalah untuk mengetahui bidang dan arah berbagai ikan, baik itu sagital, frontal, maupun transversal.
3.4. Prosedur praktikum
Adapun prosedur praktikum yaitu praktikan berbaris didepan laboraturim Biologi Perikanan dengan sudah memakai jas lab. Kemudian salah satu asisten memeriksa laporan praktikum minggu kemarin dan klasifikasi ikan yang akan dipraktikumkan hari itu. Sebelum praktikum dimulai asisten mengadakan responsi tentang materi yang akan dipraktikumkan. Setelah selesai respon salah satu asisten memeriksa ikan yang dibawa praktikan apabila ikan kurang dari tujuh ekor maka praktikan tidak bisa mengikuti praktikum pada hari itu (tidur siang). Setelah selesai diperiksa seluruh ikan dimasukkan kedalam masing-masing nampan yang telah disediakan, kemudian mulailah praktikan mengamati bidang sagital, transversal, dan frontal pada ikan serta mengukur panjang total (TL), panjang baku (SL). Setelah itu praktikan mulai menggambar ikan semirip mungkin dengan ikan aslinya, kemudian memberi keterangan pada ikan. Setelah selesai praktikum, praktikan wajib membersihkan nampan dan mengelap meja sebelum meninggalkan laboraturium.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil praktikum
Dari hasil pengamatan diperoleh bidang dan arah kedelapan ikan di atas sebagaimana dijelaskan pada uraian di bawah ini:
4.1.1. Ikan selais ompok (Ompok hypopthalmus)
Ikan selais ompok (Ompok hypopthalmus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Siluriformes
Famili : Siluridae
Genus : Ompok
Spesies : Ompok hypopthalmus
Gambar 1. Ikan selais ompok (ompok hypopthalmus)
Keterangan : 1. Sagital Plane 6. Caudal
2. Frontal Plane 7. Dorsal
3. Transversal Plane 8. Ventral
4. Cranial 9. Rostral
5. Medial
4.1.2. Ikan baung tikus (Bagroides macrochantus)
Ikan baung tikus (Bagroides macrochantus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Ostariophysi
Famili : Bagroidae
Genus : Bagroides
Spesies : Bagroides Macrochantus
Gambar 2. Ikan baung tikus (Bagroides macrochantus)
Keterangan : 1. Sagital Plane 6. Caudal
2. Frontal Plane 7. Dorsal
3. Transversal Plane 8. Ventral
4. Cranial 9. Rostral
5. Medial
4.1.3. Ikan motan (Thynnichthys polylepis)
Ikan motan (Thynnichthys polylepis) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Thynnicthys
Spesies : Thynnicthys polylepis
Gambar 3. Ikan motan (Thynnichthys polylepis)
Keterangan : 1. Sagital Plane 6. Caudal
2. Frontal Plane 7. Dorsal
3. Transversal Plane 8. Ventral
4. Cranial 9. Rostral
5. Medial
4.1.4. Ikan kapas-kapas (Geres Punctatus)
Ikan kapas-kapas (Geres Punctatus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Percomorphi
Famili : Geridae
Genus : Geres
Spesies : Geres punctatus
Gambar 4. Ikan kapas-kapas (Geres Punctatus)
Keterangan : 1. Sagital Plane 6. Caudal
2. Frontal Plane 7. Dorsal
3. Transversal Plane 8. Ventral
4. Cranial 9. Rostral
5. Medial
4.1.5. Ikan kerapu macan (Ephinephelus lauvina)
Ikan kerapu macan (Ephinephelus lauvina) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Percomorphi
Famili : Serranidae
Genus : Ephinephelus
Spesies : Ephinephelus lauvina
Gambar 5. Ikan kerapu macan (Ephinephelus lauvina)
Keterangan : 1. Sagital Plane 6. Caudal
2. Frontal Plane 7. Dorsal
3. Transversal Plane 8. Ventral
4. Cranial 9. Rostral
5. Medial
4.1.6. Ikan sardin (Sardinella sirin)
Ikan sardin (Sardinella sirin) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Percomorfes
Famili : Serrenidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella sirin
Gambar 6. Ikan Sardin (Sardinella sirin)
Keterangan : 1. Sagital Plane 6. Caudal
2. Frontal Plane 7. Dorsal
3. Transversal Plane 8. Ventral
4. Cranial 9. Rostral
5. Medial
4.1.7. Ikan pari (Trygon sephen)
Ikan pari (Trygon sephen) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Ordo : Batoidea
Famili : Trygonidea
Genus : Trygon
Spesies : Trygon sephen
Gambar 7. Ikan pari (Trygon sephen)
Keterangan : 1. Sagital Plane 6. Caudal
2. Frontal Plane 7. Dorsal
3. Transversal Plane 8. Ventral
4. Cranial 9. Rostral
5. Medial
4.1.8. Ikan lele lokal (Clarias batrachus)
Ikan lele lokal (Clarias batrachus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Ordo : Ostariophysii
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias batrachus
Gambar 8. Ikan lele lokal (Clarias batrachus)
Keterangan : 1. Sagital Plane 6. Caudal
2. Frontal Plane 7. Dorsal
3. Transversal Plane 8. Ventral
4. Cranial 9. Rostral
5. Medial
4.2. Pembahasan
Dari data diatas dapat dianalisa dan dinalarkan bahwa ikan ompok memiliki tubuh bilateral simetris. Dan dikelompokkan bentuk kepala picak dan badan pipih. Tidak bersisik serta memilki mulut superior. Memiliki sirip dorsal, pectoral, ventral yang bergabung dengan analis. Ikan ini merupakan kerabat dekat dengan selais. Sesuai dengan literatur Nuraini (2004) dalam Ruri Cahyono (2009) yang mengatakan bahwa ciri pada ikan Selais jantan yaitu bentuk kepala melebar, lubang pelepasan lancip, warna punggung cerah. Ciri sekunder betina yaitu bentuk ujung kepala agak membulat dan lubang pelepasan tumpul.
Ikan baung tikus merupakan bilateral simetris dengan bentuk tubuh mirip panah. Mulut yang subterminal dan badan tanpa squamaserta memiliki adifose fin. Ikan baung tikus merupakan satu marga dengan ikan baung yang ciri-cirinya hampir sama sesuai dengan literature ini. Ikan Baung berwarna keabu-abuan yang terdapat di punggungnya, bentuk tubuh memanjang, licin dan tidak bersisik. Sirip punggung tambahan berupa sirip lemah yang terletak terpisah antara sirip punggung dan sirip ekor. Mempunyai satu pasang sungut (kumis) yang fungsinya sebagai alat peraba dan sungut rahang atas panjangnya hampirmelampaui sirip dubur (Tang dan Effendie, 2000).
Ikan motan bilateral simetris dengan mulut terminal dan bersquama. Dalam literatur, Djuhanda (1981) menjelaskan bahwa ikan motan memiliki ukuran panjang tubuhnya lebih besar dari pada tinggi tubuhnya,badannya ditutupi oleh sisik cycloid dan ctenoid ,sirip ekor bercagak dua, bentuk tubuhnya bilateral simetris ,mulutnya sempit yang terletak di ujung depan depan kepala atau agak ke bawah,moncongnya dapat di tonjolkan ke depan dan mempunyai gelembung renang yang terbagi dua bagian, di mana bagian belakang lebih kecil dari pada bagian depan.
Ikan kapas-kapas memiliki tubuh bilateral simetris dengan bentuk tubuh pipih (compressed). kelompok ikan yang mempunyai ukuran tubuh relative kecil ,bentuk badan pipih tegak dengan kepala melengkung,mulut terletak di ujung depan kepala ,moncong dapat ditonjolkan ke depan,tubuh ditutupi oleh sisik berukuran besar, sirip dada panjang dan runcing, warna tubuh keperakan (Saanin,1981).
Ikan kerapu macan merupakan ikan bilateral simetris. Kepala dan badan bersquama serta ekor yang berbentuk pinggiran tegak. Lagler et al. dalam anonimous (1998) menyatakan bahwa Ikan kerapu macan (Ephinephelus lauvina) adalah ikan yang termasuk kedalam Fanili serranidae. Ikan ini mempunyai sifat hermaprodite protoginous yaitu pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonat) berjenis kelamin betina dan akan berubah kelamin jantan setelah dewasa.ikan kerapu macan termasuk kedalam Ordo Percomorphi, Famili serranidae, Genus ephinephelus, Spesies (Ephinephelus lauvina).
Ikan sardine merupakan ikan laut yang sangat digemari masyarakat Indonesia. Memiliki tubuh bilateral simetris dan tidak bersquama serta memilki finlet.
Ikan pari merupakan ikan benthic yang habitatnya di laut. Tidak memiliki bidang khayal frontal serta tidak memiliki sirip. Ekor bermodifikasi menjadi cambuk. Merupakan kelas cephalospidomophi dengan diperkuat literature ini. Ikan Pari merupakan ikan elasmobranchii, yaitu ikan dengan bertulang rawan dengan lima celah insang. Ikan pari memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi. Didunia telah ditemukan 600 spesies ikan pari, 45 spesies di air tawar dan 56 spesies di air laut untuk perairan Indonesia (Junardi, 2008).
Ikan lele lokal merupakan marga yang sama dengan lele lainnya. Terdapat dua literatur yang memperkuat dari hasil praktikum diatas. Badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih ke bawah (depressed). Mulut berada di ujung (terminal) dengan sepasang sungut, nasal, rahang atas, rahang bawah, dan mental. Sirip ekor membundar tdak bergabung dengan sirip anal. Sirip perut juga membundar mempunyai alat pernapasan yang terdapat dalam rongga insang (Suyanto, 2007).
Najiyati (2003), menyatakan bahwa ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan ikan jenis lainnya. Ikan lele mempunyai bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memilki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pengamatan yang dilaksanakan dapat kita lihat bagian sagital, frontal, dan transversal pada ikan serta terdapat keanekaragaman bentuk badan, bentuk kepala, ukuran dan posisi yang saling bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkungan (habitat) dimana ikan-ikan itu berada. Keanekaragaman jenis ikan itu bisa kita lihat dari bentuk morfologinya maupun anatominya, ciri-cirinya dan klasifikasi dari pada ikan itu sendiri. Sebagian besar ikan di alam ini memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, namun ada beberapa jenis ikan yang non simetri bilateral seperti ikan sebelah (Psetodes erumei). Kesimetri bilateralan ikan ini dapat dilihat dengan membuat bidang khayal pada tubuh ikan. Selain itu ikan juga memiliki variasi dalam sirip, namun pada umumnya ikan memiliki lima sirip yaitu: sirip punggung atau dorsal (D), sirip anal (A), sirip dada atau pectoral (P), sirip perut atau ventral (V), dan sirip ekor atau caudal (C).
Dari pengamatan mengenai Penggolongan, Bentuk Tubuh, dan Bagian Tubuh Ikan dapat disimpulkan bahwa terdapat keanekaragaman bentuk badan, bentuk kepala, ukuran dan posisi yang saling bervariasi sesuai dengan kebiasaan hidup dan lingkungan dimana ikan-ikan itu berada. Serta dapat menggolongkan ikan-ikan yang termasuk dalam satu golongan dan membedakan ikan-ikan yang berlainan jenis.
Keanekaragaman jenis ikan itu bisa kita lihat dari bentuk morfologinya maupun anatominya, ciri-cirinya dan klasifikasi dari pada ikan itu sendiri.
5.2. Saran
Agar pratikum iktiologi ini dapat berjalan dengan lancar dan baik maka kepada para praktikan agar serius dalam praktikum yang sedang berlangsung agar dapat mendapatkan ilmu-ilmu tentang ikan. Dan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di era sekarang ini diharapkan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pratikum ini cukup memadai sehingga memudahkan dalam objek yang akan kita teliti. Kemudian sebelum praktikum dimulai, sebaiknya praktikan memahami terlebih dahulu prosedur kerja yang akan dilakukan sehingga saat praktikum dapat berjalan dengan lancar dan dapat mengefesienkan waktu. Disamping itu juga dituntut kehati-hatian dan ketelitian yang cermat di dalam melakukan kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Eka Mudi. 2009. Pertumbuhan Benih Ikan Tambakan (Helostoma temmincki C.V) Dengan Pemberian Pakan Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatan universitas Riau. Pekanbaru.
Cahyono, Ruri. 2009. Pembesaran Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Dalam Keramba. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Emdany. 2000. Biologi Reproduksi Ikan Senangin Dari Perairan Muara Sungai Rokan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Issadora Prima Cintya Ajie. Triploidisasi Kejutan Dingin Dengan Kejutan Berbeda Pada Ikan Selais (Krytopterus limpok). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Indonesia, redaksi ensiklopedi. 2003. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna. PT Ikrar Mandiri Abadi. Jakarta.
Marhadi. 2002. Pengaruh Suhu dan Waktu Pembiusan Bertahap Terhadap Kelulusan Hidup Induk Ikan Jambal Siam (Pangasius suchi) Selama pengangkutan Dengan Sistem Kering. Skipsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Mudjiman, A. 2001. Makanan ikan. cetakan ke-15. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 190 hal.
Puspita, Alisa. 2009. Pengaruh Penyuntikan Ovaprin Dengan Dosis Berbeda Terhadap Ovulasi Dan Penetasan Telur Ikan Tambakan (Helostoma temmincki C.V) Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Ridwan, Pulungan, Windarti dan Budjiono. 2005. Penuntun Praktikum Ichthyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Romimohtarto, K. 2005. Ilmu Pengetahuan Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Roziandi. 2009. Produksi Benih Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Dengan Lama Kejutan Panas Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia
LAMPIRAN
ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN :
SERBET PENA
PENSIL PENGGARIS
PENGHAPUS BUKU GAMBAR
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM